Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Pernah putus “cinta” (baca: putus dari pacar)?? Kalo iya…”kacian deh kamyuuu..:)”.. :p
Ups..sorry..bukannya kita ga berempati, tapi beneran..”kasihan” deh kamu-kamu yang pernah ngerasain putus sama pacarnya :) . Makanya..dibilangin jangan pacaran, kamu tetep bandel sih. Coba kalo kamu ga bla..bla..bla. Tapi “it’s OK lah”..:) anggap saja hal itu sebagai kegagalan yang mesti kamu-kamu perbaiki. Kalo udah pernah mengalami jangan mencoba lagi, bagi yang belum mengalami jangan coba-coba :) .
Mungkin ada banyak sebab, seseorang bisa putus sama pacarnya. (Dari sudut pandang laki2) Ada yang menganggap sisi “petualangannya” sudah habis (ini tipe orang yang ngebetnya pas PDKT, pas udah dapet bosen), ada juga yang bosan dengan keseharian yang tidak ada “peningkatan”(dari mulai kenal sampe 3 tahun cuma dapet pegang telapak tangannya doank :d), ada juga yang hilang “cintanya” karena ada makhluk baru yang lebih cantik, atau ada juga yang putus karena si cowok atau cewek merasa dikhianati, dstnya. Sebenarnya banyak konteks yang mungkin terjadi dari realita putusnya kamu-kamu sama pacar kamu, tapi kita batasi permasalahan “putusnya” itu pada konteks kamu-kamu merasa dikhianati.
“Bagaikan petir disiang hari…” kata yang doyan dangdut..atau “Baru kusadari..cinta ku bertepuk sebelah tangan..” kata yang doyan Dewa..atau eit..cukup, semakin dicari semakin banyak lagu-lagu atau syair-syair yang mengisahkan tentang putus “cinta”(baca=putus dari pacar). Bahkan mungkin kalau dikumpul-kumpulkan..jangan-jangan banyakan syair putus cinta daripada “sambung cinta” :) . Kita ngga akan ngebahas syair-syair itu, tetapi yang pengen kita fokuskan adalah…ternyata…setelah(bisa seminggu, sebulan, atau lainnya) kata “putus” terucap..ada keinginan yang kuat untuk “kembali” dengan si dia. Nah..disini kamu-kamu diuji nih ke-istiqamahannya untuk tidak melanjutkan pacaran dengan si dia atau siapapun lagi sebelum adanya ijab qabul diantara kamu. Ujian itu semakin berat tatkala eks-pacar kamu mengakui kalau dia salah..dia khilaf..dia hanya manusia biasa yang mungkin saja salah. Disatu sisi kamu membenarkan(bisa menerima permintaan maafnya) akan hal itu, disisi yang lain kamu masih ingat akan pengkhianatannya dan khawatir kejadian yang sama akan terulang kembali jika kamu menerimanya lagi, dan disisi yang lain..kamu mulai memahami dan semakin meyakini bahwa jalan perkenalan yang bernama “pacaran” itu bukan jalan yang tepat bahkan menyalahi perintah Allah SWT.
Ibarat persimpangan jalan, saat ini kamu sedang menghadapi 3 persimpangan jalan. Satu..memaafkan si pacar dan melanjutkan aktifitas “perpacaran” dengannya, kedua..menolak permintaan maafnya dan mencari pacar baru, dan ketiga..memaafkannya dan juga meminta maaf kepadanya karena telah “terjebak” ke dalam situasi yang tidak mengenakkan itu, serta mengembalikannya kepada aturan Allah, ga pacaran lagi dengan
siapapun…sampai ada ijab qabul yang mengawalinya :) . Pilihan pertama dan kedua dijamin akan enak diawal tetapi bakalan ga jelas setelahnya, tetapi pilihan ketiga insyaAllah agak berat diawal tetapi berakhir bahagia dibelakangnya, baik bagi kamu dan bagi si dia. Tetapi kecenderungan yang terjadi pada kebanyakan kita adalah, kita kemudian terjebak pada pilihan yang pertama dan kedua, jarang sekali kemudian kita memilih pilihan yang ketiga. Akhirnya orang akan melihat kita..putus lagi..nyambung lagi, putus lagi..nyambung lagi. Atau putus sama yang ini..pacaran lagi sama yang itu, putus sama yang ntu..pacaran lagi sama yang lain. Ga cowok..ngga cewek kelakuannya kebanyakan sama saat ini, ga juga yang jenggotan..ga juga yang pake jilbab..kadang-kadang agak-agak cenderung pada pilihan pertama dan kedua.
Tetapi..kita setuju, kita bisa memahami perasaan kamu..bukan perkara yang gampang melupakan seseorang yang sering mengisi hati kita hampir disetiap waktu. Bayangin aja, bangun tidur dibanguni “dah bangun sayang..tahajud ga tadi-padahal yang nanya belon sikat gigi juga tuh..hehehe- ..”.., waktu sarapan diingetin, pas mo berangkat kuliah didoain “ati-ati dijalan”..makan siang ditanyain lagi “dah makan siang lom..? nanti pulang kuliah mo dijemput ga? bla..bla..”, jangan lupa makan yah..pas pulang kuliah disms lagi “yang..aku kayanya ga bisa jemput..lagi sibuk nih..-padahal lagi main sama temen2nya :d-”..sampai-sampai sebelum tidur pun telpon2an dulu “tadi gimana..ngapain aja..sama siapa -ceritanya laporan ni yee..hehe-” dsbnya. Makanya ga heran kalo kemudian perasaan “suka”, sama mantan kamu itu menjadi ujian yang cukup berat buat kamu untuk memilih sebuah pilihan yang tepat.
Sebenarnya yang terjadi..kesan “baik dan perhatian” dari mantan pacar kamu lah yang telah menggantikan realita hidup kamu dan dia dari yang sebenarnya. Entah disadari atau tidak kamu berdua akan menafikkan “kekurangan” yang ada pada diri kamu masing-masing, akibat “dosis” kebaikan, perhatian, dan “cinta” yang tidak pada orang yang benar dan tepat. Kemudian melenakan kamu dalam khayalan-khayalan tentang “kesempurnaan” yang ada pada pacar kamu serta “keindahan” metode perkenalan yang kamu jalani, sehingga semakin menarik kalian ke dalam dunia yang jauh dari realita. Meski kita tidak menafikkan secara keseluruhan akan “kebaikan dan perhatian” yang masing-masing kamu tunjukkan itu.. memang ada “cinta”. Tetapi cinta yang tidak sesuai dengan kadarnya itu hanya akan membawa kesedihan dan kesakitan. Ibarat memakan makanan yang enak, tetapi dengan porsi yang melebihi kemampuan kita untuk menampungnya. Yang terjadi kemudian, bukan kesenangan diawal berkelanjutan, tetapi kesedihan dan kesakitan yang dirasakan. Itulah kenapa fenomena “putus-nyambung”, atau “putus lagi pacaran lagi” menjadi realita yang tidak sulit kita temui saat ini.
Kembali kepada persoalan pilihan mana yang kamu ambil, katakanlah pilihan pertama, dimana kamu memaafkan si dia dan melanjutkan berpacaran dengannya, maka kenangan akan “pengkhianatan” yang telah dilakukannya akan selalu menimbulkan rasa was-was pada diri kamu. Kamu akan semakin tidak memberikan “ruang” untuk si dia berlaku salah atau berlaku “tidak sempurna”. Katakanlah kamu memilih pilihan yang kedua, kamu tetap putus dengannya, dan memutuskan untuk menggantikan bayangan-bayangan tentangnya dihatimu dengan orang lain. Yang terjadi kemudian, kamu akan menjadikan ukuran-ukuran “kebaikan dan perhatian” pada mantan kamu sebagai tolak ukur kebaikan dan perhatian pacar baru kamu. Awalnya mungkin masih asik-asik saja, tetapi akhirnya bisa ditebak..kamu atau pacar kamu yang baru tidak akan tahan / sulit menerima realita yang ada, bahwa pacar kamu yang baru memang berbeda dengan pacar kamu yang dulu.
Pengalaman yang salah itu, jika tidak segera direnungi akan berlanjut menjadi pengalaman-pengalaman yang “sama” dan selalu salah dikemudian hari. Entah disadari atau tidak, pengalaman berpacaran itu menjadikan sebagian dari kita kemudian terjebak dengan mind-set mencari “pasangan yang sempurna”, sehingga tidaklah mengherankan jika kita menemukan ada aktifis pacaran yang terbingung-bingung dengan banyaknya realita pernikahan sakinah yang tanpa diawali dengan pacaran. Mereka bingung, kok meski hanya “berkenalan” sebulan dua bulan, anak-anak dari pernikahan mereka yang bisa mencapai 5, 7, 10 orang bahkan lebih, semua anak-anaknya menjadi anak-anak yang sejuk dipandang mata, karena didikan dan keluarga itu dibangun diatas kecintaan kepada Allah SWT. Karena dalam pandangan(baca: yang selalu digembor-gemborkan) mereka yang aktifis pacaran, tidak mungkin ada pasangan yang bisa saling “mencintai” dengan baik jika tidak berpacaran terlebih dahulu -yang kalo ditanya sampai kapan “pacaran” yang katanya baik itu, mereka pun ga punya jawaban yang jelas :) ), padahal apa yang tidak mungkin jika Allah SWT ridho terhadap mereka yang cinta kepadaNya.
Nah..melalui tulisan ini, semoga Allah membuka hati-hati kamu yang saat ini sedang dalam kondisi yang sama, untuk memilih pilihan yang ketiga. Tidak ada yang salah dengan cinta kamu dan dia. “Bahasa” Allah SWT melalui realita ini kepada kamu-kamu yang lagi mengalami kondisi diatas mudah-mudahan bisa kamu renungi. Allah menyadarkan kamu tentang makna cinta, tentang siapa yang memiliki cinta, tentang kesombongan kamu yang mengaku bisa menjaga “cinta” dengan berpacaran dstnya. Mantan pacar kamu tidak sepenuhnya salah dalam hal ini karena episode “pengkhianatan” ini sejatinya bagian dari “pengajaran” Allah SWT kepada kamu berdua, apakah kemudian kamu berdua kembali kepada aturan Allah SWT atau justru berpaling dan semakin sombong. Jika kamu berdua bersabar dengan episode hidup seperti ini, kamu berdua akan saling memaafkan dan akan saling mendoakan semoga Allah SWT memilihkan yang terbaik untuk kamu berdua. Kalaulah kamu berdua memang berjodoh, insyaAllah cara-cara yang ma’ruf(baca: bukan dengan berpacaran) akan mengembalikan cinta yang suci diantara kalian. Dan jikalau kamu berdua tidak berjodoh, insyaAllah..Allah akan gantikan masing-masing untuk kalian, seorang pribadi yang jauh lebih baik dari pada masing-masing dari kalian. Yang wanita akan mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari kamu, dan kamu akan mendapatkan wanita yang lebih baik dari mantan pacar kamu dahulu, karena inilah janji Allah bagi mereka yang bersabar, dimana Allah SWT akan melipatgandakan setiap nikmatNya yang bisa kita syukuri, wallahu’alam.
Semoga Allah SWT meneguhkan kita dijalanNya.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Sumber :http://pacaranislamikenapa.wordpress.com/2008/04/06/putus-sama-pacar-tapi-kok-masih-keingat-ingat-yagimana-donk/
Senin, 27 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar