Masing-masing anak dilahirkan dengan kepribadian yang unik. Bagaimana cara orang tua memahami kepribadian ini agar bisa memaksimalkan potensi setiap anak?
Tiap anak lahir dengan kecenderungan bawaan untuk memiliki salah satu dari empat kepribadian dasar : sanguine, koleris, melankolis, phlegmatic. Memang ada anak yang memiliki kombinasi dua kepribadian dan kadang keduanya sama seimbang. Namun biasanya, salah satu kepribadian lebih dominant.
Empat kepribadian ini beserta kombinasinya menjadikan tiap anak unik meski kadang hal ini sulit dipahami orang tua. Lebih-lebih jika orang tua dan anak memiliki tipe kepribadian yang sangat berbeda.
Teori empat kepribadian ini diperkenalkan oleh Galen, seorang fisiologi Romawi yang hidup diabad ke 2 Masehi. Ia menyatakan bahwa kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat kelompok besar: Sanguin (populer), Koleris (kuat), Melankolis (sempurna), phlegmatis (damai).
Meski teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa kini mengakui teori kepribadian ini banyak benarnya. Tak heran jika teori ini banyak dipakai untuk memotivasi hubungan antar manusia, dan keterampilan komunikasi. Lebih-lebih setelah teori ini dipopulerkan oleh Florence Littauer dalam buku seri Personality Plus.
Sanguin
Menurut teori ini, anak sanguine mempunyai energi yang besar, suka bersenang-senang dan supel. Mereka suka mencari perhatian, sorotan, kasih saying, dukungan dan penerimaan orang-orang disekelilingnya. Anak sanguine suka memulai pembicaraan dan menjadi sahabat bagi semua orang. Anak tipe ini biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun ia tidak teratur emosional dan sangat sensitive terhadap apa yang dikatakan orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, anak sanguine sering dikenal sebagai “si tukang bicara”.
Koleris
Anak koleris suka berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, memimpin dan mengorganisasikan. Anak koleris menuntut loyalitas dan penghargaan dari sesame, berusaha mengendalikan dan mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau menerima tugas-tugas sulit.
Tapi mereka juga suka merasa benar sendiri, suka kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala dan tidak peka terhadap perasaan orang lain. Anak seperti ini sering diidentifikasi sebagai “si pelaksana”
Melankolis
Pemilik kepribadian melankolis cnderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Anak tipe ini butuh ruang dan kesenangan supaya mereka dapat berpikir dan melakukan sesuatu. Anak tipe ini berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati, perfeksionis dan suka keteraturan. Karenanya anak tipe ini sering kecewa dan depresi jika apa yang diharapkannya tidak sempurna. Anak melankolis sering diidentifikasi sebagai “si perfeksionis” atau “si pemikir”.
Phlegmatis
Anak berkepribadian phlegmatic adalah anak yang seimbang, stabil, merasa diri sudah cukup dan tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tak suka mempersoalkan hal-hal sepele, tidak suka resiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk menghadapi perubahan. Si anak kurang disiplin dan motivasi sehingga suka menunda-nunda sesuatu. Kadang ia dipandang orang lain sebagai lamban. Bukan karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari orang lain. Anak phlegmatic tak suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun ia banyak akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat disaat yang tepat, sehingga cocok menjadi negosiator. Ia kadang diidentifikasi sebagai “si pengamat” atau “si manis”.
Banyak yang tak paham
Menurut Rozamona, Psi., kepribadian anak ini bisa diamati orang tua sejak masih bayi meski belum terlalu jelas. “Cara mengetahuinya mudah kok,” papar psikolog di RSIA Hermina Depok, Jawa Barat, “Tinggal memantau anak saja”
Anak koleris, misalnya, tangisnya lebis keras. Jika minta susu atau sesuatu harus segera dipenuhi. Sedangkan anak sanguine sejak kecil sudah senang senyum dan menyapa orang lain. Sedangkan anak phlegmatic cenderung lebih tenang dan anak melankolis cenderung lebih sensitive.
Semua tipe kepribadian itu menurut Rozamona punya kelebihan dan kekurangan. Dan “Sayangnya banyak orang tua yang tidak paham kepribadian anaknya, “papar psikolog di Biro Konsultasi Mahasiswa STEKPI Jakarta ini. “Contohnya, tak jarang orang tua menganggap anak koleris sebagai anak hiperaktif dan nakal. Padahal mereka bukannya nakal, tetapi sifat kepribadian ini memang cenderung aktif. Orang tua yang tidak paham kepribadian ini langsung mencap negative si anak”.
Pada anak sanguine, segi positifnya, ia mudah bergaul, namun kelemahannya cenderung bingung jika tidak ada teman dan sembrono. Anak phlegmatic adalah tipe ilmuwan yang tekun, suka membaca. Namun sisi negatifnya, ia agak sulit bergaul dan tidak mengutamakan hubungan interpersonal.
Anak melankolis sifatnya cenderung introvert, aktivitasnya agak rendah dan emosinya labil. Tetapi jika mengerjakan sesuatu selalu ingin sempurna, jadi cenderung kecewa jika yang diharapkannya tak sampai.
Untuk mengarahkan bakat
Karena setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, Rozamona menyarankan orang tua mesti paham betul karakter buah hatinya supaya bisa menangani dan memahami kondisi anak dengan baik. Sebab banyak manfaat yang didapat bila orang tua bisa memahami kepribadian anak. “Orang tua bisa memilih pendekatan yang sesuai untuk anak. Misalnya untuk pemilihan jenis kegiatan, kursus atau sekolah.
Karena bakat bisa dilihat dari kepribadian anak, memahami kepribadian anak juga untuk memudahkan orang tua bila ingin memasukkan anak kursus. Tujuannya agar tak salah pilih, membuat anak nyaman serta menyatu dengan bakatnya. Selain itu dengan mengetahui kepribadian tiap anak, orang tua lebih bisa berempati dan tak perlu marah jika anak terlihat malas suka membantah atau banyak bicara.
Kadang orang tua merasa tak nyaman dengan kepribadian anaknya sehingga ingin merubahnya menjadi kepribadian si orang tua sendiri. Orang tua koleris misalnya, tak akan sabar menghadapi anak yang phlegmatic karena sering dianggap “lelet” dean malas. Atau orang tua yang melankolis bisa stress menghadapi anaknya yang sanguine karena suka lupa dan bikin rumah berantakan.
Kepribadian memeng bisa dirubah sedikit demi sedikit setelah anak menjadi dewasa. Misalnya jika ia merasa terlalu emosional, ia bisa merubahnya sedikit demi sedikit sehingga bisa lebih sabar. Tetapi untuk anak-anak kepribadian cenderung menetap dan menurut Rozamona tak perlu dirubah. “Lebih baik menambahkan kepribadian yang tidak dimiliki anak sehingga mereka bisa tumbuh jadi anak yang menyenangkan. Misalnya anak yang suka bicara blak-blakan harus diajari sopan santun supaya mereka tahu bicara yang baik tanpa harus menyakiti lawan bicaranya.
Empat kombinasi kepribadian
Umumnya anak punya kombinasi dari kedua kepribadian. Kadang keduanya seimbang, namun umumnya salah satu lebih dominant dan yang lain dalam kabar lebih rendah.
Sanguine dan koleris bisa berkombinasi secara alami karena keduanya eksrovert, optimis dan terus terang. Kombinasi ini menghasilkan individu yang sangat enegik mereka punya daya tarik serta banyak bicara dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, entah melakukan nya sendiri atau menyuruh orang lain untuk mengerjakannya.
Phlegmatic dan melankolis bisa berkombinasi karena keduanya introvert, pesimis dan lembut. Mereka melakukan sesuatu dengan sempurna dan tepat waktu, tidak mau mengambil sikap konfrontatif. Namun anak tipe ini akan mudah terkuras energinya jika berurusan dengan orang lain.
Kombinasi koleris-melankolis dan sanguine-phlegmatic menggabungkan optimis dan pesimis, yang suka hura-hura dengan yang tidak suka hura-hura, dan yang supel dengan yang suka menarik diri. Akibatnya anak cenderung tidak seimbang dan berubah-ubah kepribadiannya tergantung keadaan.
Kombinasi koleris-melankolis menghasilkan, individu yang sangat berorientasi pada tugas. Kombinasi ini akan menjadi peraih prestasi tertinggi, melakukan segala sesuatu dengancepat dan sesempurna mungkin namun merasa bisa menjadi ngebos dan manipulatif sekaligus mudah stress jika orang lain tak bisa melakukan segalanya dengan benar dan tepat waktu.
Kepribadian sanguine dan phlegmatic juga bisa berkombinasi, menghasilkan anak yang berorientasi pada hubungan. Kombinasi ini menjadikan anak jadi teman semua orang. Ia dikagumi karena sifat humornya, selalu rileks dan menerima orang lain apa adanya. Namun ia cenderung tidak disiplin, tidak suka melakukan apapun, mudah lupa tanggung jawabnya dan selalu dapat merayu orang lain untuk mengerjakannya bagi mereka.
Sumber : Ahmad Fauzi AL Hamkee, Saudi Arabia
Kamis, 02 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar