Sabtu, 28 Mei 2011

Wahai..Wanita mengapa Engkau mudah dirayu????

Berita tak sedap yang sering mampir ditelinga kita akhir-akhir ini adalah seorang wanita yang hamil tanpa ada ayahnya. Sebenarnya bukan tidak ada ayahnya, tapi sang calon ayah yang telah menebar benih kejantanannya itu tidak mengakui alias menghindar dari tanggung jawab. Yang akhirnya hanya akan menorehkan rasa sakit yang luar biasa bagi si calon ibu yang di rahimnya telah ditempati oleh sesosok makhluk mungil yang tak berdosa itu. Kenapa itu bisa terjadi pada wanita?

Bila tak ada asap maka tak akan ada api, begitulah kata pepatah yang kita semua pasti sudah paham maksudnya. Lalu maksudnya apa? Maksudnya disini adalah kenapa wanita yang selalu jadi korban? Karena semua ini sebagian besar adalah kesalahan wanita. Saya tidak bermaksud untuk menyalahkan wanita, tapi kenyataannya memang seperti itu kejadiannya. Wanita adalah sesosok makhluk yang sangat menarik bagi kaum Adam. Sosoknya selalu dipandang asyik oleh kaum pria. Disinilah letak kuncinya. Terkadang wanita sering memanfaatkan kecantikannya itu untuk memikat hati sang pria yang membuat si pria itu mendekati dan merayunya. Dan akhirnya sang wanita pun luluh dihadapan pria itu. Meski tak semua wanita bersikap seperti itu tapi sebagian besar banyak wanita yang seperti itu. Yang namanya pria hidung belang tak akan mungkin menyia-nyiakan waktu untuk menikmati keindahan tubuh wanita. Dengan jurus gombalnya itu sang pria akan berusaha untuk merebut mahkota keindahan wanita yang paling mahal harganya yang tidak akan ada gantinya di dunia ini yaitu sebuah keperawanan. Lalu, kenapa wanita begitu mudah dirayu? Nah, itulah yang seharusnya menjadi sebuah bahan untuk direnungkan oleh seluruh makhluk yang merasa dirinya seorang wanita. Bila seorang wanita itu mampu menahan hawa nafsunya maka kecelakaan itu tidak akan mungkin terjadi. Jadi, saya tidak salah bukan bila saya berpendapat wanitalah yang salah dalam perkara ini.

Wahai wanita, pikirkanlah dahulu dengan akal sehat dan jiwa yang bersih sebelum melakukan tindakan. Apakah tindakan itu akan merugikan atau bahkan menguntungkan bagi kita. Bila seorang pria berusaha merebut ke-virgin-an mu itu sebelum pernikahan yang syah maka dia adalah bukan pria yang baik-baik. Seorang pria baik-baik tidak akan mungkin mau menodai dirimu sebelum kamu menjadi isterinya. Tapi sebagian besar kaum hawa menganggap bila sang pria mau tidur dengannya tanpa ada ikatan syah adalah wujud rasa cinta dan kasih sayang sebelum masuk ke jenjang yang lebih jauh. Mereka menanggap tidur bersama merupakan bukti rasa cinta diantara mereka. Oh…it’s wrong mindly. Kalau memang itu sebuah pembuktian lalu apa yang akan didapat oleh kaum wanita setelah “ritual” itu dijalani? Sebagian mereka akan ditinggalkan bak sampah yang tak berarti lagi. Meski tak semua bernasib seperti itu tapi sebagian besar mengalami nasib yang lebih buruk dari itu. Setelah terjadi seperti itu barulah sang wanita menuntut sebuah keadilan. Dia melapor ke pihak yang berwajib untuk menyeret si hidung belang itu ke dalam meja hijau agar si pria itu menikahinya. Dan masalah pun menjadi panjang. Kalau sudah begitu siapa yang akan menanggung malu? Berita itu pun dapat dengan cepatnya turun ke masyarakat. Lalu tercorenglah nama keluarga. Walhasil

Suka Duka Seorang Melankolis

Baiklah, saya akan menceritakan suka duka seorang melankolis (melow). Mungkin ada yang menganggap ini bukan hal yang penting, tapi bagi mereka (melowers) ini hal yang penting, karena mereka tidak mudah melupakan masa lalu, dan selalu mengenang hal-hal yang terkesan di hati mereka. Dan bagi mereka, hal-hal kecil itu sangatlah penting, baik itu hanya dalam bentuk mendengarkan, membaca, menyimak, menulis, atau sekedar senyum. Melowers memang punya suka duka, tapi belum tentu itu hal yang abadi, karena sejalan dengan kedewasaan dan pengalaman hidup tentunya mereka banyak belajar untuk menjadi lebih baik dan matang.

Untuk dukanya, yang jelas sakit hati itu yang sering terjadi pada melowers. Perasaan mereka sangat peka, hingga kadang guyonan dianggap sebagai hal yang serius. Dan hebatnya, mereka bisa menyembunyikan rasa sakit hati itu, untuk dirasakan sendiri tentunya. Tapi banyak juga yang telah memperbaiki diri setelah dewasa, dan bisa berdamai dengan perasaan mereka sendiri. Mereka kelihatan tidak banyak teman tapi tidak semuanya, karena banyak juga yang telah pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bisa bergaul dengan banyak orang. Pemurung, ini menjadi ciri khas tersendiri. Kadang sifat pemurung ini tampak memprihatinkan, tapi melower sepertinya menikmati hal itu. Dan tentunya banyak juga yang telah menjadi lebih matang dalam menghadapi masalah2 hidup dan tidak terlalu pemurung lagi. Mereka lebih suka bekerja di belakang layar, tidak terlalu suka dikenal atau diekpos di muka umum. Tapi banyak juga yang akhirnya "terpaksa" tampil karena bisa jadi mereka memang punya kompetensi atau kemampuan untuk tampil di depan umum.

Mereka sulit melupakan masa lalu yang berkesan di hati mereka, kendati itu hal yang sepele dan bagi orang lain itu tidak penting. Mereka kadang bisa menjadi pendendam tapi tidak semua begitu karena banyak juga yang telah belajar mengendalikan perasaan mereka. Perfectionits, ini tampaknya hal yang bagus tapi sebetulnya tidak. Sifat percect itu seringnya menyiksa pelakunya. Kenapa? karena mereka berusaha mengaplikasikan pemikiran mereka yang sempurna ke dunia nyata, padahal kita tahu sendiri bahwa dunia ini tidak ada yang sempurna. Jadinya ya itu bisa menimbulkan stress tersendiri bagi mereka. Tapi lama2 mereka bisa belajar menyesuaikan diri dengan dunia dan lebih fleksibel.

Tertutup. Mereka cenderung tertutup. Ini bisa menjadi positif bisa menjadi negatif. Mereka sering menutupi